TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
TOTAL QUALITY MANAGEMENT (TQM)
PENDAHULUAN
1 1.OPTIMALISASI
Optimalisasi ialah suatu proses untuk mencapai hasil
yang ideal atau optimal (nilai efektif yang dapat dicapai). Dalam disiplin
matematika optimisasi merujuk pada studi permasalahan yang mencoba untuk
mencari nilai minimal atau maksimal dari suatu fungsi nyata. Untuk dapat
mencapai nilai optimal, baik minimal maupun maksimal tersebut, secara
sistimatis dilakukan pemilihan nilai variabel integer atau nyata yang akan
memberikan solusi optimal. Perusahaan dalam menjalankan kegiatan usahanya
berusaha untuk mencapai laba yang optimum demi kelangsungan hidup perusahaan
dan perkembangan perusahaan itu sendiri. Hal ini dapat dilihat dari persamaan
nilai = total revenue – total cost.Memaksimumkan persamaan tersebut adalah
perkara yang kompleks karena mencakup faktor-faktor penentu penerimaan, biaya,
dan tingkat diskonto untuk setiap tahunnya pada masa yang akan datang.
Penerimaan total (TR) suatu perusahaan secara langsung ditentukan oleh jumlah
produk yang dijual dan harga jualnya sehingga sangatlah penting untuk
memikirkan elemen bauran pemasaran dan bargaining power dalam hal harga. Hal
ini sebagai pembuktian bahwa sangat sulit bagi manajemen untuk mengambil suatu
keputusan manajerial untuk mencapai laba optimal. Untuk keputusan sehari-hari
teknik optimisasi parsial sering digunakan, yang lebih terfokus pada
departemen-departemen yang ada di perusahaan. Di samping itu, penerapan teknik
optimisasi parsial ini nyatanya adalah teknik yang paling sering
digunakan.Dewasa ini di tengah perkembangan teknologi, menjamurnya perusahaanperusahaan
baru, dan bermunculannya konsumen yang lebih kritis menimbulkan permasalahan
baru bagi perusahaan dalam hal optimisasi:
(1) tuntutan konsumen terhadap barang yang semakin
bermutu
(2) adanya
tendensi kurangnya kesetiaan konsumen terhadap suatu produk
(3)
kemampuan perusahaan pesaing sebagai follower menyebabkan keberanian mereka
untuk
mengadakan
serangan terbuka dalam periklanan
(4)
persaingan harga yang mulai tidak sehat
Hal ini tentu saja sangat menyulitkan perusahaan
ketika hanya berkutat pada permainan harga dan produk mix. Optimisasi yang
diperlukan tentu saja tidak hanya melibatkan elemen produk mix yang bernaung di
bawah manajer pemasaran, tetapi melibatkan keseluruhan elemen perusahaan itu
sendiri.
Solusi
terbaik untuk optimisasi perusahaan dalam kondisi demikian kerasnya persaingan
serta semakin besarnya konsumen power dalam membuat pilihan, bahkan harga
adalah Total Quality Manajemen (TQM). Hal ini merupakan rombakan dari
keseluruhan elemen perusahaan dengan satu visi bersama, sikap saling memiliki,
dan kecintaan terhadap perusahaan. Alur yang akan dicapai adalah sebagai
berikut.
Proses kerja yang efektif dan efisien diikuti oleh SDM
yang berkompeten dan memiliki loyalitas dan daya juang yang tinggi. Berikutnya
peningkatan kinerja dan berakhir pada kepuasan konsumen. Ketika kepuasan
konsumen tercapai akan terjadi peningkatan pembelian secara multiply mengingat
konsumen adalah marketer produk yang baik dan meningkatkan total revenue.
1.2 PENGERTIAN TQM
TQM adalah pendekatan manajemen pada suatu organisasi,
berfokus pada kualitas dan didasarkan atas partisipasi dari keseluruhan sumber
daya manusia dan ditujukan pada kesuksesan jangka panjang melalui kepuasan
pelanggan dan memberikan manfaat pada anggota organisasi (sumber daya manusianya)
dan masyarakat.
TQM juga diterjemahkan
sebagai pendekatan berorientasi
pelanggan yang memperkenalkan
perubahan manajemen yang sistematik dan perbaikan terus menerus terhadap
proses, produk, dan pelayanan suatu organisasi. Proses TQM memiliki input yang
spesifik (keinginan, kebutuhan, dan harapan pelanggan), mentransformasi
(memproses) input dalam organisasi untuk memproduksi barang atau jasa yang pada
gilirannya memberikan kepuasan kepada pelanggan (output). Tujuan utama Total
Quality Management adalah perbaikan mutu pelayanan secara terus-menerus. Dengan
demikian, juga Quality Management sendiri yang harus dilaksanakan secara
terus-menerus. Sejak tahun 1950-an pola pikir mengenai mutu terpadu atau TQM
sudah muncul di daratan Amerika dan Jepang dan akhirnya Koji Kobayashi, salah
satu CEO of NEC, diklaim sebagai orang pertama yang mempopulerkan TQM, yang dia
lakukan pada saat memberikan pidato pada pemberian penghargaan Deming prize di
tahun 1974. Banyak perusahaan Jepang
yang memperoleh sukses global karena memasarkan produk yang sangat bermutu.
Perusahaan/organisasi yang ingin mengikuti perlombaan/ bersaing untuk meraih
laba/manfaat tidak ada jalan lain kecuali harus menerapkan Total
QualityManagement. Di Jepang, TQM dirangkum menjadi empat langkah, yaitu
sebagai berikut.
- Kaizen: difokuskan pada improvisasi
proses berkelanjutan (continuous Improvement) sehingga proses yang terjadi pada
organisasi menjadi visible (dapat dilihat), repeatable (dapat dilakukan secara
berulang-ulang), dan measurable (dapat diukur).
- Atarimae Hinshitsu: berfokus pada
efek intangible pada proses dan optimisasi dari efek tersebut.
- Kansei: meneliti cara penggunaan
produk oleh konsumen untuk peningkatan kualitas produk itu sendiri.
- Miryokuteki Hinshitsu: manajemen
taktis yang digunakan dalam produk yang siap untuk diperdagangkan.
Penerapan
Total Quality Management dipermudah oleh beberapa piranti, yang sering disebut
“alat TQM”. Alat-alat ini membantu kita menganalisis dan mengerti masalah-masalah
serta membantu membuat perencanaan. Delapan alat TQM yang diuraikan adalah
sebagai berikut.
1.
Curah pendapat (sumbang saran) – Brainstorming, adalah alat perencanaan yang
dapat digunakan untuk mengembangkan kreativitas kelompok. Curah pendapat
dipakai, antara lain untuk menentukan sebab-sebab yang mungkin dari suatu
masalah atau merencanakan langkah-langkah suatu proyek.
2.
Diagram alur (bagan arus proses), adalah satu alat perencanaan dan analisis
yang digunakan, antara lain untuk menyusun gambar proses tahap demi tahap untuk
tujuan analisis, diskusi, atau komunikasi dan menemukan wilayah-wilayah
perbaikan dalam proses.
3.
Analisis SWOT, adalah suatu alat analisis yang digunakan untuk menganalisis
masalah- masalah dengan kerangka Strengths (kekuatan), Weaknesses (kelemahan),
Opportunities (peluang), dan Threats (ancaman).
4.
Ranking preferensi, merupakan suatu alat interpretasi yang dapat digunakan
untuk memilih gagasan dan pemecahan masalah di antara beberapa alternatif.
5.
Analisis tulang ikan (juga dikenal sebagai diagram sebab-akibat), merupakan
alat analisis, antara lain untuk mengkategorikan berbagai sebab potensial dari
suatu masalah dan menganalisis apa yang sesungguhnya terjadi dalam suatu
proses.
6.
Penilaian kritis, adalah alat bantu analisis yang dapat digunakan untuk
memeriksa setiap proses manufaktur, perakitan, atau jasa. Alat ini membantu
kita untuk memikirkan apakah proses itu memang dibutuhkan, tepat, dan apakah
ada alternatif yang lebih baik.
7.
Benchmarking, adalah proses pengumpulan dan analisis data dari organisasi kita
dan dibandingkan dengan keadaan di dalam organisasi lain. Hasil dari proses ini
akan menjadi patokan untuk memperbaiki organisasi kita secara terus menerus.
Tujuan benchmarking adalah bagaimana organisasi kita bisa dikembangkan sehingga
menjadi yang terbaik.
8.
Diagram analisa medan daya (bidang kekuatan), merupakan suatu alat analisis
yang dapat digunakan, antara lain untuk mengidentifikasi berbagai kendala dalam
mencapai suatu sasaran dan mengidentifikasi berbagai sebab yang mungkin serta
pemecahan dari suatu masalah atau peluang.
Dalam hal
kualitas dianggap layak, maka diperlukan suatu produk untuk dapat memenuhi
dimensi-dimensi
berikut ini.
1.
Performa: seberapa cocok produk itu digunakan sesuai dengan fungsi pemenuhan
kebutuhannya
2.
Features: konten dari produk yang membedakannya dari produk lain
3.
Reliabilitas: seberapa lama produk itu dapat bertahan dari kerusakan
4.
Conformance: sejauh mana produk dapat dikembangkan oleh konsumen itu sendiri.
5.
Durabilitas: seberapa lama produk dapat digunakan sampai benar benar tidak
dapat dipakai lagi
6.
Serviceability, speed, cost, ease to repair: ada tidaknya servis center dan
seberapa banyak biaya yang dikeluarkan konsumen untuk itu.
7.
Esthetic: nilai keindahan dari produk, termasuk dalam definisi ini adalah
tampilan fisik produk
8.
Percieved quality: kesan yang membekas dari produk pada pemikiran konsumen
Syarat
syarat pelaksanaan TQM dalam suatu perusahaan adalah sebagai berikut.
1.
Setiap perusahaan/organisasi harus secara terus meneurus melakukan perbaikan
mutu produk dan pelayanan sehingga dapat memuaskan para pelanggan.
2.
Memberikan kepuasan kepada pemilik, pemasok, karyawan, dan para pemegang saham.
3.
Memiliki wawasan jauh ke depan dalam mencari laba dan memberikan kepuasan.
4.
Fokus utama ditujukan pada proses, baru menyusul hasil.
5.
Menciptakan kondisi di mana para karyawan aktif berpartisipasi dalam
menciptakan keunggulan mutu.
6.
Ciptakan kepemimpinan yang berorientasi pada bawahan dan aktif memotivasi
karyawan bukan dengan cara otoriter sehingga diperoleh suasana kondusif bagi
lahirnya ide-ide baru.
7.
Rela memberikan ganjaran, pengakuan bagi yang sukses dan mudah memberikan maaf
bagi yang belum berhasil/berbuat salah.
8.
Setiap keputusan harus berdasarkan pada data, baru berdasarkan pengalaman/
pendapat.
9.
Setiap langkah kegiatan harus selalu terukur jelas sehingga pengawasan lebih
mudah.
10. Program
pendidikan dan pelatihan hendaknya menjadi urutan utama dalam upaya peningkatan
mutu.
1.3 SEJARAH TQM
Perkembangan mutu terpadu pada mulanya sebagai suatu
sistem perkembangan di Amerika Serikat. Buah pikiran dari para tokoh yang
mengemukakannya pada mulanya kurang diperhatikan oleh masyarakat, khususnya
masyarakat bisnis. Namun, beberapa dari mereka merupakan pemegang kunci dalam
pengenalan dan pengembangan konsep mutu. Sejak 1980 keterlibatan mereka dalam
manajemen terpadu telah dihargai di seluruh dunia. Adapun konsep- konsep mereka
tentang mutu terpadu secara garis besar dapat dikemukakan berikut ini.
1.
F.W. Taylor (1856-1915), seorang insiyur mengembangkan satu seri konsep yang
merupakan dasar dari pembagian kerja (devision of work). Analisis dengan
pendekatan gerak dan waktu (time and motion study) untuk pekerjaan manual
memperoleh gelar “Bapak Manajemen Ilmiah” (The Father of Scientific
Management). Dalam bukunya tersebut Taylor menjelaskan beberapa elemen tentang
teori manajemen, yaitu sebagai berikut.
-
Setiap orang
harus mempunyai tugas yang jelas dan harus diselesaikan dalam satu hari
-
Pekerjaan
harus memiliki peralatan yang standar untuk menyelesaikan tugas yang menjadi
bagiannya.
-
Bonus dan
intensif wajar diberikan kepada yang berprestasi maksimal.
-
Penalti yang
merupakan kerugian bagi pekerjaan yang tidak mencapai sasaran yang telah
ditentukan (personal loss).
Taylor memisahkan
perencanaan dari perbaikan kerja. Dengan demikian, dia memisahkan pekerjaan dari tanggung jawab untuk
memperbaiki kerja.
2.
Shewart (1891-1967), seorang ahli statistik yang bekerja pada “Bell Labs”
selama periode 1920-1930. Dalam bukunya The Economic Control of Quality
Manufactured Products, diperoleh suatu kontribusi yang menonjol dalam usaha
untuk memperbaiki mutu barang hasil pengolahan. Dia mengatakan bahwa variasi
terjadi pada setiap segi pengolahan dan variasi dapat dimengerti melalui
penggunaan alat statistik yang sederhana. Sampling dan probabilitas digunakan
untuk membuat control chart untuk memudahkan para pemeriksa mutu, untuk memilih
produk mana yang memenuhi mutu dan tidak.
3.
Edward Deming, lahir tahun 1900 dan mendapat Ph. D. pada 1972 sangat menyadari
bahwa ia telah memberikan pelajaran tentang pengendalian mutu secara statistik
kepada para insinyur bukan kepada para manajer yang mempunyai wewenang untuk
memutuskan. Pada 1950 beliau diundang oleh “The Union to Japanese Scientists
and Engineers (JUSE)” untuk memberikan ceramah tentang mutu yang dapat
disimpulkan sebagai berikut.
-
Quality is
primarily the result of senior management actions and not the results of
actions taken by workers.
-
The system
of work that determines how work is performed and only managers can create
system.
-
Only manager
can allocate resources, provide training to workers, select the equipment and
tools that worekers use, and provide the plant and environment necessary to
achieve quality.
-
Only senior
managers determine the market in which the firm will participate and what
product or service will be solved.
4.
Prof. Juran, mengunjungi Jepang pada tahun 1945 dan membantu pimpinan Jepang di
dalam menstrukturisasi industri sehingga mampu mengekspor produk ke pasar
dunia. Ia membantu Jepang untuk mempraktikkan konsep mutu dan alat-alat yang
dirancang untuk pabrik ke dalam suatu seri konsep yang menjadi dasar bagi suatu
“management process” yang terpadu. Juran endemonstrasikan tiga proses
manajerial untuk mengelola keuangan suatu organisasi yang dikenal dengan
trilogi Juran, yaitu finance planning, financial control, financial
improvement. Adapun perincian trilogi itu sebagai berikut.
-
Quality
planning, yaitu suatu proses yang mengidentifikasi pelanggan dan proses yang
akan menyampaikan produk dan jasa dengan karakteristik yang tepat dan kemudian
mentransfer pengetahuan ini ke seluruh kaki tangan perusahaan guna memuaskan
pelanggan.
-
Quality
control, yaitu suatu proses di mana produk benar-benar diperiksa dan
dievaluasi, dibandingkan dengan kebutuhan-kebutuhan yang diinginkan para
pelanggan. Persoalan yang telah diketahui kemudian dipecahkan, misalnya
mesin-mesin rusak segera diperbaiki.
-
Quality
improvement, yaitu suatu proses di mana mekanisme yang sudah mapan
dipertahankan sehingga mutu dapat dicapai berkelanjutan. Hal ini meliputi
alokasi sumber- sumber, menugaskan orang-orang untuk menyelesaikan proyek mutu,
melatih para karyawan yang terlibat dalam proyek mutu, dan pada umumnya
menetapkan suatu struktur permanen untuk mengejar mutu dan mempertahankan apa
yang telah dicapai sebelumnya.
5. Kaoru Ishikawa,
penggugas gugus kendali mutu dengan mengembangkan ”Ishikawa Cause and Effect
Diagram’ atau dikenal sebagai ’fishbone diagram’. Istilah yang digunakannya
Company-Wide Quality Control (CWQC) menjadi Total Quality Management (TQM).
Penerapan statistik untuk Quality Assurance diungkapkan secara praktis tanpa
formula matematis yang rumit sehingga amat disukai. Beliau memiliki filsafah
’utamakan membangun manusia, baru kemudian membuat barang’.
6. Profesor Kume,
mengemukakan TQM adalah pendekatan manajemen yang bertujuan untuk keberhasilan
dalam membantu membangun pertumbuhan yang stabil dari sebuah organisasi dengan
mengikutsertakan anggotanya yang secara ekonomi menghasilkan mutu yang
diinginkan pelanggan.
1.4 ELEMEN KUNCI TQM
Dengan mengkombinasikan prinsip-prinsip tentang mutu
oleh para ahli dengan pengalaman
praktik
telah dicapai pengembangan suatu model sederhana, tetapi sangat efektif untuk
mengimplementasikan
manajemen mutu terpadu. Model tersebut terdiri atas komponen-
komponen
berikut.
1.
Tujuan: perbaikan terus-menerus, artinya mutu selalu diperbaiki dan disesuaikan
dengan perubahan yang menyangkut kebutuhan dan keinginan para pelanggan.
2.
Prinsip: fokus pada pelanggan, perbaikan proses, dan keterlibatan total.
3.
Elemen: kepemimpinan, pendidikan dan pelatihan, struktur pendukung, komunikasi,
ganjaran dan pengakuan, serta pengukuran.
Model di
atas dibentuk berdasarkan tiga prinsip mutu terpadu, yaitu sebagai berikut.
1.
Fokus kepada pelanggan, baik pelanggan internal maupun eksternal.
2.
Fokus pada perbaikan proses kerja untuk memproduksi secara konsisten produk
yang dapat diterima.
Model TQM di
atas menunjukkan suatu philosophy bahwa mutu yang diinginkan didapat dari
kekuatan kepemimpinan, perencanaan, design, dan peningkatan inisiatif.
Kedelapan elemen kunci tersebut dapat dikelompokkan menjadi empat bagian, yaitu
sebagai berikut.
1.
Foundation, termasuk di dalamnya
- ethics, bentuk kedisiplinan yang akan menjalankan
halhal yang dianggap baik oleh perusahaan dan menghindarkan diri dari
tindakan-tindakan yang dianggap buruk.
- integrity, di dalamnuya adalah kejujuran, moralitas,
nilai, keadilan, dan ketulusan. Suatu perusahaan hendaknya mampu menilai apa
yang konsumen harapkan dan apa yang pantas diberikan kepada konsumen
berdasarkan nilai-nilai tersebut.
- trust, kepercayaan di antara karyawan dan pihak-pihak
terkait dengan perusahaan akan memudahkan proses pengambilan keputusan dan
pelaksanaan.
2. Building
Bricks, termasuk di dalamnya
- training, dibutuhkan karyawan di antaranya keahlian
personal sesuai dengan pekerjaan masing-masing, kemampuan untuk bekerja aktif
dalam tim, pemecahan masalah, pembuatan keputusan, ekonomi dan bisnis, dan
keahlian teknis lainnya sehingga akan mampu mendapatkan karyawan yang efektif.
- teamwork, dengan tim permasalahan akan lebih cepat
diselesaiakan dengan lebih banyak solusi yang dapat saling mengisi, juga akan
mampu mingimprovisasi proses dan pelaksanaan TQM. Ada tiga tipe tim yang
disarankan dalam TQM, yaitu sebagai berikut.
i. Quality Improvement Teams or Excellence Teams
(QITS), sifatnya temporer yang bertugas untuk menyelesaikan problem yang
spesifik, biasanya digunakan dalam kurun waktu tiga sampai dengan dua belas
bulan. Tim ini juga biasanya digunakan lagi ketika permasalahan yang sama
timbul pada periode waktu berikutnya.
ii. Problem Solving Teams (PSTs), bersifat temporer
dengan tugas menyelesaikan permasalahan yang juga spesifik dan mengidentifikasi
serta menangani penyebab permasalahan dengan kurun waktu satu minggu sampai
dengan tiga bulan. Dengan tingkat permasalahan yang lebih rendah daripada
permasalahan yang dihadapi QITS.
iii. Natural Work Teams (NWTs), terdiri atas sekelompok
kecil SDM ahli di bidangnya dengan tiap-tiap anggota tim memikul tugas dan
tanggug jawab sendiri-sendiri yang dibagi berdasarkan kapabilitasnya. Konsep
yang terdapat di dalam tim yang melibatkan karyawan, kesanggupan me-manage tim
secara professional, dan kesatuan di antara anggota tim yang berupa lingkaran
berkualitas. Tim ini berkesinambungan tanpa ada batas waktu dengan jam kerja
kurang lebih satu sampai dengan dua jam setiap minggunya.
- leadership, sosok kepemimpinan dalam TQM hendaknya
yang memiliki visi ke depan dan mampu menginspirasi anggotanya, mampu membuat
arah strategi yang dapat dipahami oleh semua komponen yang ada dengan
nilai-nilai yang mewakili seluruh kepentingan.
3.
Binding Mortar, termasuk didalamnya Communication, suatu jembatan yang
menentukan keberhasilan TQM. Komunikasi yang tidak tepat dan tidak tertuju ke
sasaran akan mengakibatkan rubuhnya model TQM. Komunikasi yang baik dalam TQM
diperlukan antara seluruh elemen organisasi, supplier, dan konsumen. Beberapa
macam komunikasi, yaitu sebagai berikut.
i. Downward communication – Aliran komunikasi dari atas
ke bawah. Komunikasi ini tergolong dominant dalam organisasi, contoh: informasi
dari top manajemen ke supervisor, selanjutnya supervisor ke karyawan.
ii. Upward communication – Dapat berupa kritikan
karyawan terhadap manajemen atau hasil mata-mata karyawan dan pengetahuan
lainnya dari karyawan yang disampaikan ke atas, demi kesempurnaan TQM.
iii. Sideways communication – Komunikasi ini sangat
penting karena memecah dinding pembatas antara satu departemen dengan
departemen lainnya.
4.
Roof adalah recognition, elemen terakhir dari TQM. Seharusnya elemen ini mampu
memberikan sugesti dan achivement bagi tim dan karyawan individual. Dengan
seseorang memperoleh suatu pengakuan, akredibilitas, maka secara otomatis akan
terjadi perubahan yang luar biasa dalam kepercayaan diri, self esteem,
produktivitas, dan kualitas kerja yang sesuai dengan mutu yang diharapkan
perusahaan. Secara tidak langsung hal inilah yang pada akhirnya akan memberikan
kepuasan kepada konsumen berupa produk dengan mutu yang tinggi sebagai hasil
dari pemberdayaan SDM yang berkualitas.
Pengakuan
atau kredibilitas dapat berupa sertifikat penghargaan, trofi, plakat, dan
sebagainya, tempat penampilan yang baik, pengakuan pada waktu rapat staf,
penghargaan yang sifatnya rutin, dan sebagainya.
1.5 MODEL TQM YANG DISEDERHANAKAN
Untuk
membuat dan mengaplikasikan sebuah model dari Total Quality Management,
makadilakukan langkah-langkah awal sebagai berikut.
1.
Mengidentifikasi elemen-elemen yang diperlukan untuk kesuksesan pendekatan
manajemen kualitas.
2.
Mengetahui cara cara agar keseluruhan elemen tersebut dapat terkoneksi satu
dengan yang lain sehingga dapat mencapai tujuan.
3.
Membuat pilihan-pilihan proses yang dapat dipilih dalam mecapai tujuan dari
manajemen kualitas.
4.
Mempelajari keahlian dan pengetahuan untuk menyeimbangankan perencanaan
startegik perusahaan yang akan dilakukan dengan rutinitas proses operasional
sehari- hari.
5.
Mempelajari keahlian dan pengetahuan yang akan digunakan oleh tiap-tiap sumber
daya manusia dan sumber daya perusahaan untuk peningkatan aktivitas produksi
sehari-hari.
6.
Belajar untuk menghilangkan kesan cambukan SDM dalam peningkatan produktivitas
sebagai upaya mereka untuk menjadi karyawan pilihan dalam satu bulan, tetapi
membuat mereka melakukannya secara tulus.
7.
Mempelajari keahlian manajemen dengan baik dan mengetahui kebutuhan karyawan
dan sumber daya perusahaan lainnya agar semua elemen yang berperan dalam TQM
dapat bekerja sampai pada titik tertinggi
8.
Menghindari titik kepuasan karyawan yang akan menyebabkan mereka berhenti untuk
meningkatkan produktivitas dan justru sebaliknya harus mempelajari hal-hal yang
membakar semangat mereka pada saat proses TQM berlangsung.
Pelaksanaan Model TQM harus berpegang pada
prinsip-prinsip kesuksesan model TQM
berikut.
1.
Kesuksesan TQM membutuhkan perubahan tingkah laku dan budaya
2.
Manajemen TQM harus dipisah dari HRD dan Manajemen Organisasional (OM), dengan
kata lain divisi TQM hendaknya dibuat tersendiri.
3.
Kesuksesan sistem TQM adalah kemampuan untuk memadukan manajemen organisasi
dengan Departemen Human Resource Development.
4.
TQM, HRM, dan OM haruslah memiliki satu kesatuan pandangan dan
berkesinambungan.
Dua macam
pendekatan Model TQM adalah sebagai berikut.
1.
Traditional Management Approach (Model Pendekatan Tradisional), adalah model
yang paling sering digunakan, yaitu pimpinan perusahaan membuat suatu
pendekatan TQM dengan memaksakan penerapan TQM yang akan diberlakukan ke HRD
dan OM. Hal ini berarti bahwa pimpinan tidak berdampingan dengan HRD dan OM
dalam merancang TQM itu sendiri. Akibatnya adalah pendekatan ini dapat
mengalami kegagalan sebanyak 80%. Hal itu terjadi karena yang terkesan dari TQM
dengan pendekatan ini adalah Rat Race atau perburuan hadiah yang akan
menimbulkan cara-cara tidak sehat atau Run end atau kinerja yang mendadak
berhenti ketika seorang karyawan merasa tidak mampu ataupun sudah puas.
2. Integrated
Management Approach (Model Pendekatan Terpadu), adalah perpaduan dan
penyeimbangan antara budaya kerja yang telah ada di OM dan HRD dengan budaya
yang akan diciptakan oleh TQM sehingga tercipta suatu garis tengah yang
menjembatani semua kebutuhan dan kebudayaan HRD dan OM dengan alur dari TQM
dengan tujuan yang dibawa oleh TQM. Dengan demikian, di antara ketiganya akan
tercipta suatu integritas, kesepahaman, tanpa adanya rasa saling dirugikan dan
mereka akan berkinerja lebih baik tanpa perlu merasakan aura kompetisi yang
tidak sehat seperti Rat Race dan Runs end. Tingkat keberhasilan sangat tinggi
mengingat akan disesuaikan antara tingkat keberhasilan yang diinginkan
perusahaan dengan kemampuan dan kemauan para pelaksana.
Untuk
beberapa perusahaan, akan menjadi sangat sulit ditemukan titik temu dalam
perencanaan TQM pendekatan terpadu. Ada beberapa hal yang dapat dijadikan
prinsip, di antaranya adalah sebagai berikut.
1.
Para manajer berkomitmen untuk melaksanakan model yang akan mereka buat bersama
2.
Formula sederhananya adalah HRD + Organisation Development = TQM. Keduanya
harus saling melengkapi tanpa harus merugikan salah satunya.
3.
Cara gampang untuk membuat TQM yang disederhanakan dengan membuat bagan sebagai
berikut.
KESIMPULAN
Bahwa pendekatan yang digunakan perusahaan dalam
rangka mencapai nilai optimal, sebaiknya menggunakan Total Quality Management.
Karena Total Quality Management adalah suatu upaya pemberdayaan menyeluruh dari
elemen perusahaan yang bekerja pada satu visi untuk meraih objective bersama
dari perusahaan.
Kerangka
dari TQM adalah sumber daya yang dapat diandalkan, selanjutnya menghasilkan
efektifivas dan efisiensi dari kinerja perusahaan, yang menghasilkan produk
yang berkualitas, sehingga kepuasan konsumen akan dapat diraih dengan mudah.
DAFTAR PUSTAKA
”Total
Quality Management Sebagai Perangkat Manajemen Baru untuk Optimisasi”, Ketut
Suardhika Natha,
ejournal.unud.ac.id/abstrak/suardhika%20natha.pdf
“Penerapan Total Quality Management (TQM)
dalam Sistem Informasi, Darwis, Datu Rizal Asral, Pusat Standarisasi – LIPI
katalog.pdii.lipi.go.id/index.php/searchkatalog/.../200/205.pdf
KONSEP TQM OLEH BEBERAPA PIONER KUALITAS
Setiap pakar mutu mempunyai
pandangan dan pendekatan berbeda, tergantung pada latar belakangnya.
Ada beberapa komitmen yang
sama :
1.
Pentingnya komitmen manajemen
2.
Pendekatan strategis kepada sistem
mutu
3.
Pentingnya pengukuran mutu
4.
Pentingnya perbaikan proses
5.
Pendidikan dan pelatihan
6.
Menghilangkan penyebab masalah mutu
2.
KONSEP TQM OLEH JOSEPH M. JURAN
1.
Bekerja pada departemen pemeriksaan di Bell
Telephone’s Hawthorne Works
2.
Seperti Deming, juga memperoleh penghargaan
tertinggi dari Kaisar Jepang : “ Second order the Sacred Treasure”
3.
Bukunya paling lengkap dan sangat terkenal :
“Juran’s Quality Control Hand Book”
4.
Dia mendirikan JURAN INSTITUTE yang melayani
berbagai seminar, konsultasi, konferensi dan Video tape yang berkaitan dengan
mutu
JURAN
TRILOGI (TRILOGI MUTU)
●
Didasarkan kepada proses manajerial yang biasa
digunakan mengelola finansial : perencanaan finansial, pengendalian finansial
dan perbaikan finansial
●
Penerapan pada manajemen mutu :
1. Perencanaan
mutu : Suatu proses mengidentifikasi pelanggan, persyaratannya, harapannya tentang ciri-ciri produk dan jasa
serta proses untuk menjadikan produk dan
jasa tersebut dengan atribut yang tepat
2. Pengendalian
mutu : suatu proses menguji dan mengevaluasi produk dan jasa terhadap
persyaratan yang diminta pelanggan. Masalah dideteksi kemudian dikoreksi.
3. Perbaikan
mutu : suatu proses dengan mekanisme yang berkelanjutan sehingga mutu dapat
dicapai dengan kontinyu. Proses ini mencakup alokasi sumber daya, penugasan
orang mengerjakan proyek mutu, dan secara teratur membangun struktur untuk
mencapai mutu
Saran JURAN untuk perencanaan mutu :
1. Identifikasi
pelanggan dan persyaratannya, baik pelanggan internal maupun pelanggan
eksternal
2. Menerjemahkan
persyaratan pelanggan kedalam bahasa perusahaan
3. Menetapkan
sasaran mutu berdasarkan persyaratan tersebut
4. Mengembangkan
dan mengoptimalkan produk dan jasa untuk memenuhi persyaratan tersebut
5. Mengembangkan
dan mengoptimalkan proses yang menghasilkan produk dan jasa tersebut.
10 LANGKAH JURAN MENUJU PERBAIKAN
MUTU
1. Pastikan
semua pegawai menyadari persyaratan dan perbaikan mutu. Ini menuntut
kepemimpinan manajemen
2. Tetapkan
sasaran khusus untuk perbaikan mutu berkelanjutan terhadap semua kegiatan
3. Bentuklah
organisasi untuk menjamin bahwa sasaran tersebut telah disusun
4. Pastikan
semua pegawai diberi pelatihan untuk memahami peran mereka dalam perbaikan mutu
5. Pastikan
bahwa masalah yang merintangi perbaikan mutu dihilangkan dengan pembentukan tim
proyek pemecahan masalah
6. Pastikan
semua kemajuan perbaikan mutu dapat
dimonitoring
7. Pastikan
semua kontribusi luar biasa bagi perbaikan mutu teridentifikasi dan diakui
8. Pastikan
kemajuan dan kontribusi luar biasa dipublikasi
9. Ukur semua
proses dan tingkat perbaikan mutu
10. Pastikan
perbaikan mutu berkelanjutan dan penetapan sasaran diintergrasikan kedalam
sistem manajemen perusahaan
3.
KONSEP TQM OLEH PHILIP CROSBY
● Pengalaman mutu PHILIP CROSBY : 14 tahun di ITT
● Falsafah dasar : 4 kemutlakan mutu
1.
Apakah mutu itu ?
Mutu adalah kesesuaian
terhadap persyaratan, bukan kebaikan atau keistimewaan
2.
Sistem apa
yang diperlukan untuk menghasilkan mutu ?
Sistem untuk menghasilkan
mutu adalah pencegahan, bukan penilaian (pemeriksaan)
3.
Standar kinerja apa yang harus digunakan ?
Standar kinerja harus “
tanpa cacat” (zero defect), tidak “cukup” mendekati tanpa cacat
4.
Sistem pengukuran apa yang dibutuhkan ?
Pengukuran mutu merupakan
harga ketidaksesuaian, bukan sekedar
daftar
14 Langkah perbaikan mutu Crosby
1.
Komitmen manajemen.
2.
Tim perbaikan mutu untuk mengendalikan proses
perbaikan.
3.
Pengukuran mutu diseluruh organisasi.
4.
Analisis biaya diseluruh organisasi.
5.
Kesadaran mutu seluruh pegawai.
6.
Penerapan tindakan perbaikan ( corective
action).
7.
Perencanaan program “tanpa cacat”.
8.
Pendidikan pegawai.
9.
Hari “tanpa cacat” untuk membangun komitmen
tanpa cacat.
10. Penetapan sasaran untuk mengadakan perbaikan mutu.
11. Menghilangkan penyebab kesalahan.
12. Penghargaan kepada mereka yg memberikan sumbangan istimewa.
13. Dewan mutu untuk kondisi perbaikan mutu dan gagasan mutu.
14. Melakukan berulang kali.
4.
KONSEP TQM KAORU ISHIKAWA
Seorang akademikus di University Tokyo
Sering bekerjasama dengan industri dalam penerapan teknik-teknik
pengendalian mutu
Karyanya yang terkenal : FISH BONE
diagram disebut juga Diagram ISHIKAWA
Mengembangkan GKM di Jepang dan memperkenalkan istilah CWQC
Untuk TQM dia memperkenalkan the Ishikawa model of relationaships in Total Quality Management
Komentar
Posting Komentar